Sarung tenun Poleng ( Kain Poleng ) sudah menjadi bagian dari kehidupan religius umat Hindu di Bali. Kain itu digunakan untuk keperluan sakral dan profan. Di pura. digunakan untuk tedung (payung), umbul-umbul, untuk menghias palinggih, patung, dan kul-kul. Tidak hanya benda sakral, pohon di pura pun banyak dililit kain poleng.
Perkembangan warna ini juga mencerminkan tingkat pemikiran manusia, yakni dari tingkat sederhana menuju perkembangan yang lebih sempurna. Masing-masing warna memiliki makna filosofisnya sendiri. Rwabhineda memiliki dua unsur warna. Hitam pekat dan putih bersih; disamping itu juga ada warna abu-abu dari unsur putih 50% dan unsur hitam 50%. Namun pada dasarnya tetap hanya ada dua unsur warna yaitu hitam dan putih. Gelap-terang, kiri-kanan, laki-perempuan, baik-buruk. Kenapa kain poleng ini hanya dikenakan bagi tokoh-tokoh tertentu; seperti sang Werkudoro/Bimasena, Anoman dan yang lainnya dalam pewayangan? Tokoh-tokoh ini disimbolkan sebagai seorang yang bersifat jujur, terbuka, lugas, trasparan…, karena kontras hitam dan putih bermakna suatu kejelasan, kejernihan, apa adanya.” Sedangkan warna abu-abu mengandung makna, bahwa dalam setiap kesempatan selalu terkandung unsur baik dan buruk dalam kadar yang sama, walau pada permukaannya tak jelas atau barangkali tak kelihatan sama sekali bagi mata hati kita yang tertutup penuh oleh debu keserakahan dan kepentingan ego.
Menurut penelitian, bentuk saput poleng beranekaragam. Misalnya dari segi warna, ukurannya, hiasannya, hiasan tepinya, bahan kainnya, dan ukuran kotak-kotaknya. Berdasarkan warnanya, ada kain poleng yang disebut rwabhineda (hitam dan putih), sudhamala (putih, abu-abu, hitam), dan tridatu (putih, hitam, merah).
kain poleng ini muncul dan digunakan umat Hindu dalam kehidupan religius? Diperkirakan, kain poleng yang pertama ada dan digunakan umat Hindu adalah kain poleng rwabhineda. Setelah itu barulah muncul kain poleng sudhamala dan tri datu.
Perkembangan warna ini juga mencerminkan tingkat pemikiran manusia, yakni dari tingkat sederhana menuju perkembangan yang lebih sempurna. Masing-masing warna memiliki makna filosofisnya sendiri. Rwabhineda memiliki dua unsur warna. Hitam pekat dan putih bersih; disamping itu juga ada warna abu-abu dari unsur putih 50% dan unsur hitam 50%. Namun pada dasarnya tetap hanya ada dua unsur warna yaitu hitam dan putih. Gelap-terang, kiri-kanan, laki-perempuan, baik-buruk. Kenapa kain poleng ini hanya dikenakan bagi tokoh-tokoh tertentu; seperti sang Werkudoro/Bimasena, Anoman dan yang lainnya dalam pewayangan? Tokoh-tokoh ini disimbolkan sebagai seorang yang bersifat jujur, terbuka, lugas, trasparan…, karena kontras hitam dan putih bermakna suatu kejelasan, kejernihan, apa adanya.” Sedangkan warna abu-abu mengandung makna, bahwa dalam setiap kesempatan selalu terkandung unsur baik dan buruk dalam kadar yang sama, walau pada permukaannya tak jelas atau barangkali tak kelihatan sama sekali bagi mata hati kita yang tertutup penuh oleh debu keserakahan dan kepentingan ego.
(Diambil dari berbagai sumber dengan penyesuaian)
Ada juga sarung tradisional bali lainnya seperti sarung model jumputan
Ada juga sarung tradisional bali lainnya seperti sarung model jumputan